Minggu, 21 Agustus 2011

Ida Pedanda Gede Ngurah Kaleran, "Malinggih Berkat Wangsit Niskala"


Sejak masih usia muda, Ida Pedanda Gede Ngurah Kaleran memiliki hobi sekaligus kebiasaan tangkil ke sejumlah pura, baik di Bali maupun di luar Bali. Kebiasaan itu dilakoni dengan penuh ketulusan. Rupanya tanpa disadari, kebiasaan itu sudah merupakan tuntunan sekaligus sebuah proses mengantarkan Ida Pedanda menapak kesulinggihan. Manusia hanya bisa sebatas berusaha dan berdoa, Tuhan-lah yang akhirnya menentukan semua hasilnya. Bagaimana lika-liku kehidupan Peranda selama walaka hingga madiksa? Berikut liputannya.


Reporter & Foto : Andiawan



Ida Pedanda Gede Ngurah Kaleran yang saat walaka maparab Ida Bagus Nuratmaja ini adalah sosok Pedanda bersahaja yang senantiasa berusaha semaksimal mungkin menjalani hidup di atas rel kebenaran. Ida Pedanda sadar, bahwa tujuan manusia terlahir ke dunia ini adalah untuk memperbaiki karma kurang baik masa lalu dan sekaligus menabung karma baik sebanyak-banyaknya, sehingga diharapkan pada kelahiran yang akan datang bisa lebih baik dari keadaan sekarang.
Untuk itu, manusia dituntut untuk senantiasa berbuat baik. Berpedoman dan mengaplikasikan konsep Tri Kaya Parisuda dan Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari, guna mencapai sebuah keseimbangan lahir dan bhatin.
Lebih lanjut Ida Pedanda yang dikenal ramah ini menjelaskan, bahwasannya tak pernah terbesit di benaknya akan menjadi seperti sekarang ini.  Frofesinya diawali menjadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa (guru-red) dan pertama bertugas di sebuah sekolah di Jembrana. Selama menjadi guru, karirnya menanjak hingga dipercaya menjadi Kepala Sekolah. Setelah beberapa tahun bertugas di Jembrana, Ida Pedanda pindah tugas di Denpasar.
Ida Pedanda Ngurah Kaleran yang dikenal seorang ‘Kutu buku ini’, kemudian sambil mengajar waktunya dimanfaatkan untuk menempa diri melanjutkan pendidikan di bangku kuliah.  Ida Pedanda menjatuhkan pilihannya di Fakutas Sastra jurusan bahasa Inggris. Namun sayang karena sesuatu dan lain hal, akhirnya Ida Pedanda tidak bisa mewujudkan keinginan/cita-citanya kuliah  hingga tamat.
Mengingat saat itu penghasilan sebagai guru tidak menjanjikan, Ida Pedanda memutuskan membanting setir beralih profesi dan terjun ke dunia pariwisata. Kebetulan kala itu ada pembangunan hotel baru yakni  Grand Bali Beach Hotel di Sanur.
Tak mau ketinggalan dan membuang kesempatan baik itu, Ida Pedanda pun langsung melayangkan lamaran dan akhirnya diterima. Bermodal kejujuran, kerja keras dan tentunya loyalitas yang tinggi, mengantarkan karir Ida Pedanda mengalami peningkatan cukup pesat. Selama bekerja, Ida Pedanda pernah menduduki jabatan penting di antaranya, sebagai Asisten Manager Art and Culture, Asisten to Manager Marketing, serta Asisten Manager Publik Relition.
Hampir setiap hari-hari suci Ida Pedanda tak pernah absent tangkil ke pura. Berangkat sore pulang pagi dan itu dilakoni bertahun-tahun. Itu dilakukan bukan untuk mencari kesaktian, tetapi murni untuk memohon keselamatan dan ketenangan serta kedamaian lahir dan bhatin.
Tak disadari pula, entah dari mana mendapat informasi, banyak umat datang ke Griya untuk nunas tamba, serta keperluan lainnya. Merasa tak memiliki kemampuan di bidang itu, Ida Pedanda  kerap menolak, tetapi mereka tetap bersikukuh minta dibantu. Merasa kasihan, akhirnya Ida Pedanda membantu dengan doa dan air putih. Anehnya mereka sembuh, sejak itulah semakin banyak umat yang datang memohn dibantu, sampai-sampai waktu kerja kerap terganggu.
Proses membantu umat biasanya dilakukan cukup menggunakan air yang telah dimohonkan energi kepada Ida Bhatara sebagai manifestasinya Tuhan. “Terus terang, sebenarnya tiang tidak memiliki keahlian di bidang itu dan menolak untuk menjalankan tugas itu. Namun, karena tiang tidak kuasa menolak titah/perintah beliau, terpaksa tiang lakukan. Karena khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan,” tegas Ida Pedanda yang dikenal murah senyum dan pantang menyerah ini.  
Karena sesuatu pertimbangan, akhirnya Ida Pedanda kelahiran tahun 1936 ini, memutuskan mengundurkan diri, dan kemudian mendirikan usaha biro perjalanan (Travel). Sejak itu, sambil mengurus usaha, Ida Pedanda menggunakan hari dan waktunya untuk kegiatan rutin membantu umat dan tangkil ke sejumlah pura baik di Bali, luar Bali hingga ke sejumlah tempat suci yang ada di beberapa wilayah di India.

Saatnya Deposito Karma

Seperti sebelumnya, berangkat sore atau tengah malam, kemudian pagi harinya mapamit dan melaksanakan tugas rutin mengurus usaha, dan nyanggra penangkilan umat dengan tujuan yang berbeda. Guna meningkatkan kemampuan dalam bidang spiritual dan pengetahuan tentang ajaran agama, Ida Pedanda tak pernah menyerah untuk terus belajar, dan belajar. Serta yang paling penting berusaha mengimplementasikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tak hanya sebatas tahu, dan atau bahkan hanya sekadar mampu mewacanakan.
Karena dorongan titah niskala dan kuatnya dukungan umat untuk segera Madwijati/malinggih menjadi seorang sulinggih (pendeta), akhirnya pada tanggal 28 November 1996  Ida Pedanda melaksanakan upacara Padwijatian dan sejak itu resmi secara sekala-niskala menjadi sulinggih. “Di saat sudah malinggih, tiang berusaha mengabdikan sisa hidup ini untuk membantu umat serta membuat deposito karma baik, sebagai bekal dinikmati pada kehidupan yang akan datang,” tegas Ida Pedanda menjelaskan, seraya mengakhiri perbincangannya karena kebetulan beberapa orang penangkilan datang. ***


Parindikan Sulinggih
Nama walaka : Ida Bagus Nuratmaja
Bhiseka                       : Ida Pedanda Gede Ngurah Kaleran
Lahir                            : Tahun 1936
Profesi Walaka            : Guru dan Karyawan Hotel
Nama istri Walaka       : Ni Jero Arsaja
Bhiseka                       : Jero Istri Arsa Kaleran
Anak                           : Lima Putra dan Dua Putri
Pengalaman Kerja       :  Guru & Asisten Manager Hotel
Nama Griya                 : Griya Kaleran, Sanur
Alamat Griya : Jalan Hang Tuah No. 3, Denpasar Selatan
Didiksha                      : Tanggal 28 November Tahun 1996
Nabe                            :Ida Pedanda Nabe Gede Oka Timbul
Griya                           : Griya Timbul, Puseh Intaran, Denpasar Selatan

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More