Pura Padharman Sukangeneb yang berlokasi di Banjar Dinas Ngis, Desa Tembok, Tejakula, Buleleng ini, panyungsungan pretisentana Sirearya Gajah Para-Bretara Sirearya Getas. Pura ini ditemukan pura ini, berawal dari gundukan tanah yang dikenal sangat angker dan disakralkan. Saat pembangunan dimulai, diwarnai petunjuk gaib yang diterima salah satu warga. Di dalam gundukan tanah keramat itu, konon ditemukan benda peninggalan berupa Swamba dan perlengkapannya. Berikut ulasan selengkapnya.
Reporter & Foto : Andiawan
Untuk sampai di pura dimaksud pamedek harus menempuh jarak sekitar kurang lebih 1000 meter atau satu kilo dari jalan raya jurunsan Amlapura-Singaraja. Tak begitu sulit mencarinya, mengingat telah terpasang papan petunjuk lokasi pura ini begitu benderang di pinggir jalan utama tepatnya di pertigaan menuju pura dimaksud. Walaupun pura ini sebenarnya berada di wilayah Banjar Dinas Ngis, Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, namun sebagian besar pangemponnya tinggal di Tianyar, Kubu, dan sekitarnya.
Pantauan TBA, kurang lebih satu kilo menelusuri jalan beraspal namun sedikit rusak ini, di sisi kanan dan kiri jalan terhampar kebun mangga yang cukup menyejukkan. Tampak sejumlah petani berwajah lugu dan polos, bergegas menuju ladang masing-masing untuk melaksanakan aktivitas rutinnya menggarap ladangnya. Di antaranya juga terlihat memikul rumput buat makanan sapinya.
TBA bersama salah satu pangempon terus melaju di bawah rindangnya pohon mangga yang kebetulan saat itu belum menunjukkan buahnya, karena memang belum musim berbuah. Dari kejauhan, tampak sebuah bangunan Bale Kulkul berdiri kokoh dan megah menjulang tinggi.
Begitu turun, terlihat papan nama bertuliskan Pura Pedarman Sukangeneb. Setelah melangkahkan kaki tiga anak tangga dan sampai di nista mandala, pamedek akan menjumpai tiga palinggih. Yang mana, dua di antaranya merupakan palinggih apit lawang, sementara satu palinggih lagi tiada lain adalah Palinggih Pangayatan Ratu Gede Dasaran.
Menurut Jro Mangku Gede Parwata, sebelum para pamedek masuk lebih dalam yakni ke Madya Mandala dan bahkan ngalanturang pebaktian ring Jeroan (Utama Mandala), terlebih dahulu dan wajib hukumnya pamedek mengawali mohon ijin dengan ngaturang sembah bakti sekaligus nunas panglukatan/pabersihan kepada beliau Ratu Gede Dasaran dimaksud.
Untuk sampai di Madya Mandala pamedek harus melewati 11 anak tangga. Begitu TBA menginjakkan kaki di madya mandala, sejumlah tokoh pangempon dengan wajah-wajah polos dan lugu terlihat berkumpul menyambut TBA di Bale Pasandekan. Panglingsir pura, I Nyoman Lasem, kemudian menyodorkan Babad tentang perjalanan leluhurnya dari Jawa hingga ke desa ini, sekaligus sejarah tentang asal-muasal berdirinya pura ini termasuk keunikan dan kegaiban yang pernah terjadi terutama saat-saat awal dilaksanakan pembangunan pura padharman yang tampak megah ini. Babad perjalanan beliau bisa dibaca pada kolom Babad.
Namun demikian, pura ini masih perlu banyak penataan, mengingat sejumlah palinggih dan bangunan pendukung yang lain kondisinya masih memprihatinkan dan segera harus direnovasi. Setelah semuanya dirasa cukup, panglingsir yang dikenal sedikit bicara ini beserta pangempon lain mengajak TBA ke jeroan (mandala utama) untuk melihat langsung dari dekat kondisi dan jumlah palinggih yang ada.
Pantauan TBA, ada sejumlah keunikan yang dimiliki, di antaranya bentuk Padmasana yang dibuat khusus dengan arsitektur yang berbeda dari Padmasana pada umumnya, Demikian juga sejumlah bangunan lain terlihat memang dibuat khusus, sehingga terlihat unik dan menarik. Sejak memasuki pura ini aura magis terasa sangat kuat, sehingga sebelum mengambil foto, wartawan TBA tak lupa terlebih dahulu memohon ijin kepada beliau, agar tujuan berjalan lancar serta tidak kena upedrawa, mengingat akan mengungkap dan mengulas genah dan keberadaan beliau.
Untuk informasi selengkapnya, silahkan memesan edisi 11 tabloid ini. Terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar