Minggu, 21 Agustus 2011

Perjuangan Ahli Pijat Urat dan Patah Tulang Wayan Sadia, Sejak Kecil Hidup Melarat, hanya Hidup dari Nyari Ikan


Menjadi tukang pijat bukanlah cita-citanya, namun sunia dan nasib berkata lain, Wayan Sadia tak mampu menolak dan harus ngiring menjalankan tugas suci dan mulia. Sejak ngiring, ribuan orang dan bahkan banyak pejabat penting dan tamu asing pernah dibantu. Sebelum akhirnya ngemargiang tugas suci itu, Wayan Sadia terlebih dahulu harus melewati berbagai ujian sekala-niskala sangat berat. Tanpa sadar, sering pergi ke suatu tempat tengah malam dan ketika sadar sudah berada di kuburan, dan tempat lainnya.  Seperti apa kelengkapan cerita dan kisahnya? Berikut hasil liputan Bali Aga.



Mendengar nama Wayan Sadia mungkin sebagian besar orang yang pernah berurusan masalah pijat memijat, terutama yang pernah keseleo ringan, sakit pinggang hingga menderita patah tulang, tak asing lagi, mengingat sejak ngiring ngemargiang tugas suci dan mulia, ribuan pasien berhasil disembuhkan. Sebenarnya sejak lama TBA sudah mengetahui, namun karena kendala waktu, sehingga baru kali ini bisa bertandang ke rumah pria yang dikenal ramah dan humoris ini.
Jarum jam telah menunjukkan pukul 14.00, Wita dan langit terang serta terik Matahari terasa sangat menyengat kulit saat TBA meluncur ke tempat kediaman Wayan Sadia (ahli tukang pijat urat dan patah tulang-red) yang berada di bilangan Banjar Pesanggaran, Kelurahan Pedungan, Denpasar Selatan. Tepatnya, di Jalan By Pass Ngurah Rai No. 696 Pesanggaran Denpasar Selatan. Jalur By Pass Ngurah Rai yang tak pernah sepi dari lalu lalang kendaraan berbagai jenis dan ukuran, membuat TBA harus ekstra hati-hati menyeberang untuk sampai di rumah yang dituju.
Tampak di depan rumahnya dua patung wanita dengan posisi tangan layaknya orang yang sedang mengucapkan panganjali umat Hindu, serta pada tembok bawahnya dicat warna hitam putih. Di sisi kedua patung itu, tumbuh pohon kelor dan tanaman berkhasiat lainnya yang sering digunakan sebagai sarana dalam menjalankan tugasnya. Sementara, di depan warungnya, tumbuh begitu subur dua pohon kelapa gading sedang berbuah lebat. Mobil dan sepeda motor pasien berbagai jenis dan merk terlihat parkir berjejer rapi  di depan rumahnya.
Mengingat orang yang dicari sedang sibuk melayani pasien yang sedari tadinya sabar menunggu antrean, TBA memutuskan untuk menikmati hangatnya kopi jahe dan sedikit camilan di warung milik Wayan Sadia. Seorang wanita yang tiada lain istrinya, terlihat sibuk majajahitan, sambil menunggu pembeli dan sesekali dengan senyum manis dan penuh keramahan melayani keluarga pasien yang berbelanja. TBA pun berusaha mengorek sedikit cerita dari wanita bernama Nyoman Mendri ini, selama mendampingi sang suami tercinta ngemargiang tugas mulia itu.
Wenten napi pak, jagi mapijet tur sungkan napi,” demikian wanita ramah itu menyapa sekaligus bertanya. Kata itulah pertama kali yang keluar dari bibir wanita yang dikenal pekerja keras ini. Setelah dijelaskan semuanya, Nyoman Mendri, lalu menyuruh TBA menunggu. Setelah kurang lebih satu jam menunggu, akhirnya semua pasien selesai terlayani. Itu artinya, giliran TBA sudah tiba. Tak mau membuang waktu, langsung masuk ke tempat di mana Wayan Sadia melayani pasiennya.
Senyum penuh keramahan dan tutur bahasanya yang santun, pria kelahiran tahun 1954 ini menyapa TBA seraya menanyakan maksud dan tujuan kedatangan. Setelah dijelaskan semuanya, Wayan Sadia langsung bercerita seputar pahit getirnya kehidupan terutama di saat menerima ujian dari beliau untuk ngayah menjadi seperti sekarang ini.
Saking alit tiang sampun melarat, kondisi ekonomi orangtua yang serba kekurangan membuat tiang harus kerja keras membantu orangtua mencari sesuap nasi untuk menyambung hidup. Waktu kecil tiang biasanya mencari ikan untuk diberikan kepada orang-orang yang lebih mampu, kemudian ditukar dengan beras,” jelas Wayan Sadia dengan tatapan menerawang jauh mengenang nasib masa kecilnya yang sungguh pahit dan hari-harinya dihabiskan di kubangan lumpur kemelaratan.

Biodata
Nama               :  Wayan Sadia
Lahir                : Tahun 1954
Nama Istri       : Nyoman Mendri
Anak               : Tiga Orang Putra
Pengalaman     :  Ahli Pijat Urat dan Patah Tulang
Ngiring            :  Sejak tahun 1988
Alamat            : Banjar Pesanggaran, Pedungan, Denpasar Selatan tepatnya di Jalan By Pass Ngurah Rai No. 696 Pesanggaran Denpasar Selatan.


Untuk informasi selengkapnya, silahkan memesan tabloid edisi 12.  Terima kasih.

3 komentar:

Malam pak..berapa biaya kalo pijat urat

Mohon maaf pak,.berapa kah biaya pijatnya pak,.saya sakit pinggang

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More