Minggu, 21 Agustus 2011

Ki Gagak Petak (2)


Gagak Petak juga merujuk pada nama masukan khusus/elit yang tidak terkalahkan yang diberi nama pasukan Laskar Taruna Goak. Pasukan elit Goak/gagak adalah pasukan khusus yang dibentuk pada masa Anglurah Pandji Sakti ketika melakukan invasi (1639 M), terhadap Kerajaan Blambangan sehingga kekuasaan Buleleng terbentang luas hingga ke Blambangan.


Pamor wusing wutah lembat dipercaya memiliki tuah untuk mempermudah datangnya rejeki. Pamor ini bukan tergolong pamor  pemilih sehingga dapat dimiliki oleh siapapun.

Hulu
Bentuk : Grantim

Pada awalnya hulu/danganan keris ini berupa danganan togogan dari gading dan dihias dengan selut dan wewer khas Bali dari bahan emas dan dihias batu mulia. Namun karena kondisinya yang sudah berumur maka oleh Pande  Wayan Suteja Neka, keris tersebut dimuliakan dengan danganan grantim dari bahan emas.
Hulu/danganan grantim pada zaman dahulu hanya dikenakan oleh para raja dan bangsawan. Hulu grantim tergolong hulu yang mewah karena dibuat dari anyaman/lilitan benang logam mulia yang amat rumit dan halus. Sebagian besar danganan ini berbahan emas dan sedikit jumlahnya, maka harganya amat mahal dan saat ini grantim kuno juga mulai jarang dijumpai.
Danganan ini dilengkapi selut/wewer khas Bali yang dibuat dari emas yang dikombinasi dengan batu mulia (batu mirah).

Waragka
Bentuk : Kojongan 

Warangka Kojongan pada zaman dahulu hanya dikenakan oleh kalangan muda namun sekarang ini popoler dipakai oleh segala kalangan.
Warangka kojongan Keris Ki Gagak Petak dibuat dari kayu bentawas dan dihias dengan plisir/antup kayu pellet dengan motif mbatok baris jajar. Kondisi warangka tersebut kini mulai rapuh dan untuk mempertahankan keasliannya, Pande Wayan Suteja Neka memuliakan warangka tersebut, membungkusnya dengan pendok dari emas dan perak, dengan tujuan memperindah dan memperkuat warangka-nya. Untuk mempertahankan  keindahan pellet  pada plisir/antup warangka tersebut maka pendok yang diterapkan berupa pendok krawang tengah khas Bali.
Warangka dibuat dari bahan emas dan perak dengan komposisi silih asih yaitu komposisi warna kuning dan putih dari bahan emas dan perak. Komposisi tersebut dikombinasi   dengan batu mulia sehingga semakin menambah keindahannya. Pahatan silih asih merupakan simbolisasi ketentraman, ketenangan dan kehormonisan kepemimpinan (raja) dan kekeluargaan (rumah tangga). Pendok dihias dengan pahatan motif sekar-sekaran sebagai symbol keselarasan dan keharmonisan. Dalam proses pembetukan motifnya menerapkan teknik pahat wudulan sehingga tampak timbul pahatan reliefnya. Pengertian pendok dipercayakan kepada Made Pada, seorang ahli pembuat pendok yang mumpuni dari Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, Gianyar.

Untuk informasi selengkapnya, silahkan memesan tabloid edisi 14.  Terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More