Selasa, 26 April 2011

Aji Kamoksan Wrhaspati Tattwa (30) Samadhiyoga (9), "Teori Kepongpong"

Seekor ulat, dengan cara diam dan diam akan berubah menjadi kepongpong. Selanjutnya dengan cara yang sama, kepongpong akan berubah menjadi kupu-kupu. Jadi, ulat yang semula wujudnya “Jelek” dan jalannya melata, dengan cara diam dan diam akan berubah menjadi kupu-kupu yang cantik, indah dan mampu terbang ke sana-ke mari mencari bunga.


Tuhan disebut Sang Hyang Acintya. Artinya,  tidak dapat digambarkan, tidak dapat dibayangkan, tidak dapat didefinisikan, tidak memiliki rupa, tidak memiliki sifat dan sebagainya. Para leluhur kita di Bali menyebut Sang Hyang Acintya dengan istilah Sang Hyang Mbang. Mbang artinya kosong, kosong itu ada  (nyata) tetapi di sana tidak ada  apa-apa. Sang Hyang Mbang adalah “Sesuatu” yang ada dalam kekosongan. Penguasa kekosongan Tuhan atau Sang Hyang Mbang adalah inti daripada kekosongan itu.
Ketika seseorang melakukan Samadhi yang sangat khusuk, ketika hati dan pikirannya diam dan kosong dari semua ingatan dan keinginan, maka dalam hatinya yang kosong itu bersemayamlah Sang Hyang Mbang, Tuhan yang Acintya.
Hati dan pikiran manusia adalah magnet. Kalau dalam melakukan Samadhi hati dan pikiran berada dalam kondisi kosong penuh kedamaian, maka yang muncul di sana adalah inti kekosongan dan kedamaian. Itu adalah Sang Hyang Mbang, Tuhan itu sendiri. Jadi jika seseorang ingin mencapai Sang Hyang Acintya, Tuhan yang tertinggi, maka dia harus mulai  Samadhi dengan pikiran dan  hati yang kosong, diam serta damai.
Seseorang yang melakukan Samadhi Satwam, hatinya dipenuhi samudra kekosongan dan lantas kedamaian, maka dalam hatinya secara otomatis akan muncul Sang Hyang Acintya. Dengan demikian dia akan mengalami penyatuan kesadaran dengan Tuhan. Pada saat demikian, kesadaran Maha Suci Mulia dari Tuhan akan mempengaruhi kesadaran Budhi pelaku Samadhi Satwam. Membuat kesadaran Budhinya sedikit lebih mulia. Setelah selesai Samadhi, kesadaran budhi pelaku Samadhi Satwam tidak persis sama dengan sebelumnya. Kesadaran budhinya telah mengalami sedikit peningkatan. Apabila penyatuan kesadaran  dengan Tuhan dilakukan setiap hari secara rutin, maka bertahun-tahun kemudian si-pelaku Samadhi Satwam akan berubah menjadi orang suci dan bijaksana. Orang seperti ini memiliki potensi untuk mencapai moksa. 

Untuk informasi selengkapnya, silahkan memesan tabloid ini.  Terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More