Selasa, 26 April 2011

Ida Rsi Arimbawa Puja Segara, "Temukan Sarana Penetralisir Jro Ketut di Sawah"

Ini berita penting bagi petani yang sudah bosan menggunakan berbagai cara dalam mengusir jro ketut yang rupanya semakin bandel. Kini Ida Rsi Arimbawa Puja Segara, justru menemukan cara jitu menjinakkan jro ketut dengan sarana sederhana. Hasilnya, sudah banyak petani yang membuktikannya. Mau tahu? Baca sampai habis di bawah ini!!!!


Koresponden : Arda

 Ida Rsi Arimbawa Puja Segara

Serangan hama tikus saat ini menjadi salah satu ancaman para petani. Tidak jarang, akibat serangan binatang yang disebut Jro Ketut ini beberapa subak mengalami kerugian besar akibat gagal panen. Lalu, beberapa siasat diterapkan para krama subak, mulai dari membunuh secara langsung, menebar racun tikus hingga dengan menggelar sebuah ritual, ngaben merana seperti yang dilakukan di sebuah tempat di Tabanan. Namun berbagai upaya itu ternyata tidak membuahkan hasil yang maksimal. Serangan Jro Ketut tiada henti mengganggu beberapa wewidangan subak di Bali.
Kondisi tersebut kemudian mengundang keperihatinan seorang sulinggih yang pada masa kecilnya sangat akrab dengan dunia tani. Mengacu dari sebuah lontar, sulinggih yang dimaksudkan tiada lain Ida Rsi Arimbawa Puja Segara kemudian mencetuskan sebuah metode untuk meminimalisir serangan Jro Ketut yang menimpa pada beberapa subak. Metodenya tersebut ternyata sangat ampuh, terbukti pada beberapa subak yang telah mencoba metodenya telah membuahkan hasil. Serangan Jro Ketut dapat ditekan, para petaninya pun dapat bernafas lega.
Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang metode temuannya,  sulinggih dari Griya Tasik, Desa Ngis-Jegu Penebel, Tabanan yang medwijati pada tanggal 21 April 2006 ini mengungkapkan gencarnya serangan hama tikus yang melanda di beberapa subak, terutama subak-subak yang ada di kabupaten Tabanan, merupakan cihna jagad usak. Mengutip dari sebuah sloka yang tertuang pada Lontar Purana Tatwa, Ida Rsi lalu menyebutkan ciri-ciri cihna jagat usak yang dimaksudkannya. Yakni, prajuru mrih kapolih atau para pemimpin tiada malu berbuat loba atau tamak. Lalu, prajuru demen ngongkong atau hanya berwacana semata.
Penyebab lainnya, lanjut Ida Rsi, saat ini kondisi subak di Bali sudah semakin rusak parah. Menurutnya, banyak subak kini telah beralih fungsi dan beralih milik. Bahkan yang paling membuat sedih, kini banyak bangunan berdiri di tengah sawah.
Ida Rsi juga menyampaikan penyebab lainnya. Penyebab yang disebutkannya ini justru yang menurutnya paling unteng yakni, fungsi dan keberadaan Pura Bedugul sudah semakin diabaikan. Padahal, sepanjang pengetahuannya, Pura Bedugul merupakan parahyangan pertama yang menganugerahkan berkah hidup kepada manusia sebelum adanya Tri Kahyangan.

Macaru Masesapuh Wiguna

Ida Rsi kemudian mengkritik, para petani yang akan maturang ke Pura Bedugul terkesan sambilan. Maksudnya, maturang dilakukan sambil beraktivitas ke lahan garapannya dengan pakaian yang tidak mencerminkan orang yang sedang tangkil atau bhakti. Yang lebih parah lagi, urusan maturang diserahkan kepada sang istri. Bagi Ida Rsi, ini menandakan para petani terkesan kurang tulus dalam memanjatkan syukur dan ngaturang suksemaning manahnya kehadapan Ida Sang Hyang Maha Kawi, terutama juga kehadapan Ida Sasuhunan yang berkuasa terhadap dunia pertanian.


Untuk informasi selengkapnya, silahkan memesan tabloid ini.  Terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More