Senin, 25 April 2011

Kebangkitan Hindu Terus Terbukti, Warga Mojokerto Temukan Candi

Warga Dusun Tegal Sari, Desa Puri, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, menemukan tumpukan batu-bata merah yang diduga candi di areal persawahan setempat. Suprapto, pemilik sawah, Minggu mengatakan, tumpukan batu itu diduga sebagai candi karena besar batu-bata yang melebihi batu-bata normal saat ini.



"Tumpukan batu ini bentuknya menyerupai dasar candi dan hal ini juga didukung dengan setiap kali saya mau menanam padi selalu menemukan jenis batu bata seperti ini," katanya. Ia mengaku sudah melaporkan hal ini kepada aparat desa dan polisi setempat supaya areal penemuan tidak rusak.
"Kami juga telah melaporkan kepada pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Timur di Kecamatan Trowulan untuk menindaklanjuti penemuan ini," katanya. Disaksikan aparat desa dan juga polisi setempat akhirnya pemilik sawah menggali dengan cangkul.
"Saya hanya ingin membuktikan jika di sini memang ada candi yang terpendam dan dengan disaksikan pihak terkait, saya berani melakukan penggalian di lokasi ini," katanya. Polres Mojokerto langsung memasang garis polisi di lokasi tumpukan batu bata merah yang diduga candi itu. "Pemasangan garis polisi ini bertujuan supaya para penggali bisa fokus melakukan aktivitasnya tanpa harus merasa diganggu oleh warga yang melihat," kata Kapolsek Puri, AKP I Komang Wirta
Namun, meski sudah dipasang garis polisi, warga sekitar antusias memenuhi lokasi, bahkan menerobos garis polisi yang telah dipasang sebelumnya. Saat ini petugas juga masih bersiaga di lokasi penggalian untuk meneliti lebih lanjut tumpukan batu bata ini. "Saat ini kami masih menyiagakan anggota untuk melakukan penjagaan di sekitar lokasi supaya warga tidak mendekat di lokasi penggalian," katanya.
Menanggapi temuan itu, Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan, Jawa Timur, Aris Sofyan, mengaku belum menerima laporan penemuan tersebut. "Rencananya kami akan mengirimkan orang untuk melakukan pemantauan dan juga penelitian termasuk di dalamnya melakukan pendokumentasian di lokasi tersebut," katanya.(*)

Situs Purbakala Tersebar di Trowulan, Mojokerto


Situs purbakala banyak tersebar di daerah Trowulan, Mojokerto. Di
antaranya terdapat Candi Bajang Ratu, Candi Tikus, Candi Brahu, Candi Kedaton, Gapura Wringin Lawang, Kolam Segaran, Pendopo Mojopahit (petilasan Gajahmada), Museum Trowulan, Makam Putri Cempa, Makam Troloyo (makam Syeikh Jumadil Qubro, kakek Wali Songo) dan masih banyak lagi.

Lokasi situs purbakala yang semuanya merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit di Trowulan itu berjarak sekitar 12 kilometer dari
Kota Mojokerto atau 70 kilometer dari Surabaya ke arah barat daya Jatim. Untuk menuju lokasi itu dapat ditempuh dengan naik bus dari Surabaya hingga terminal Mojokerto atau langsung turun di Trowulan. Kemudian dari terminal Mojokerto naik angkutan kota ke Trowulan, setelah itu bisa naik ojek menuju ke beberapa candi yang berjarak sekitar 2-3 kilometer itu.

Kebanyakan situs-situs di Trowulan telah dipugar untuk menjaga keindahannya. Seperti Candi Bajang Ratu yang dipugar Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP-3) Jawa Timur mulai tahun 1989 hingga tahun 1992. Setelah pemugaran, candi yang terletak di
Dukuh Kraton, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto itu pengunjungnya mulai ramai, terutama pada hari Sabtu-Minggu atau liburan sekolah.

Wisatawan yang berkunjung banyak berasal dari sejumlah daerah di Jatim dan Jateng. Turis asing pun juga banyak yang datang berkunjung. Mereka berasal dari Belanda, Australia, Jepang dan sebagainya.

Setiap bulannya tercatat 1.400-1.500 orang yang berkunjung pada hari-hari biasa, sedangkan hari Sabtu, Minggu dan liburan sekolah mencapai 4.000-5.000 orang pada setiap bulannya. Jadi, setiap harinya rata-rata 50-an orang pada hari-hari biasa dan rata-rata 170-an orang pada hari liburan dan liburan sekolah.

Candi Bajang Ratu yang berkaitan dengan penobatan Jayanegara sebagai ratu saat masih “bajang” (kecil) itu tampak indah dengan paduan taman bunga warna-warni seluas 11.500 meter persegi dengan jalan masuk yang cukup luas.

Hal yang sama juga terlihat di Candi Brahu yang terletak di
Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Candi Brahu merupakan lokasi Ngaben (pembakaran mayat) era Kerajaan Majapahit. Di sini rata-rata ada 20-30 orang yang berkunjung setiap harinya.


Situs
Penuh Misteri


Di antara sejumlah situs di Trowulan, Mojokerto, agaknya bentuk Candi Kedaton yang terletak di
Dusun Kedaton, Desa Sentonorejo, Trowulan, Mojokerto, yang terletak tidak jauh dari Pendopo Majapahit, merupakan situs yang masih misteri.

Sampai sekarang, para arkeolog belum menemukan format dari Situs Kedaton yang juga memiliki sumur upas itu. Namun, beberapa bentuk bangunan situs itu diperkirakan berbentuk empat bangunan yang merupakan bentuk candi dengan sumur upas, makam Islam, mulut gua dan lorong rahasia.

Adanya candi yang berbentuk datar diduga merupakan ruang pertemuan dengan di sudut selatannya terdapat makamnya, sedangkan dari bentuk gua diduga sebagai tempat semedi (pertapaan) dan lorong rahasia diduga untuk ruang pelarian.

Penggalian situs Kedaton yang dilakukan sejak 1996 itu memang belum selesai hingga sekarang, karena para arkeolog masih mencari keterkaitan dari empat bentuk bangunan yang ada. Yang jelas, penggalian sudah mencapai kedalaman 80 sentimeter di bawah permukaan tanah, sehingga diduga merupakan lorong rahasia yang menghubungkan kerajaan Majapahit dengan kerajaan lainnya.

Misteri juga menyelimuti Pendopo Majapahit yang berjarak tidak jauh dari Situs Kedaton di Desa Sentonorejo tersebut. Pendopo Majapahit itu diyakini merupakan pusat kerajaan Majapahit dengan dugaan luasnya yang mencapai besaran kilometer, terbentang ke barat, timur, selatan dan utara dari pendopo.
Di belakang pendopo, ada batu miring yang merupakan tempat Gajahmada membaca ikrar “Sumpah Palapa”, kemudian di belakangnya merupakan tempat pertapaan dan makam Raden Wijaya.

Namun, misteri tampaknya tidak terdapat juga di Candi Tikus yang terletak di
Dusun Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Demikian juga dengan Candi Bajang Ratu dan Candi Brahu yang tampak utuh setelah dibenahi.

Disebut Candi Tikus, karena saat digali banyak tikus yang keluar. Tetapi candi itu akhirnya ditemukan bentuknya sebagai tempat pemandian putri kerajaan yang disebut dinuk (kesayangan). Candi dengan kedalaman 80 hingga 100 centimeter di bawah permukaan tanah itu berbentuk bujursangkar 22,5 meter x 22,5 meter yang candi-nya mirip Gunung Mahameru di India.

Melihat semua keunikan itu, pilihan berwisata ke situs peninggalan sejarah Majapahit ini sangat tepat karena apa yang didapat bukan sek
adar liburan, namun juga bisa menapaki sejarah besar dari sebuah kerajaan yang menjadi inspirasi akan pentingnya “persatuan” dari segala kemajemukan Indonesia. ***

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More