Upacara yang dihadiri ribuan pamedek dari berbagai daerah ini diwarnai suasana isak tangis penuh keharuan. Tak sedikit dari pamedek menangis histeris, ketika teks Sumpah Palapa dan Lagu Kebangsaan dikumandangkan. Seiring perkembangan zaman, pesatnya perkembangan teknologi, dan berubahnya peradaban manusia serta semakin rusaknya ekosistem dan kerusakan alam di mana-mana, menjadikan alam mulai bangkit dan marah. Semua tiada lain karena ulah oknum segelintir manusia yang dengan kekuasaan dan keserakahannya tanpa memikirkan keselamatan umat manusia lainnya seenaknya merusak dan mengeksploitasi alam hanya demi kepentingan diri, keluarga serta kelompoknya semata.
Demikian juga yang terjadi di laut, orang dengan seenaknya membuang sampah, dan limbah ke laut, membuat laut menjadi kotor, sehingga penguasanya marah dan kerap kali memberi peringatan bahkan pelajaran.
Jangan salahan, jika alam murka dan bencana alam sering terjadi di mana-mana. Namun demikian, tidak menjadikan mereka sadar dan merubah sikap dan perilakunya. Untung saja, masih ada sejumlah orang yang peduli dan memperhatikan dengan melakukan berbagai upaya dan usaha, mengambil langkah baik sekalaniskala. maupun
Salah satu penekun spiritual kini mendapat tugas untuk memelihara dan menyadarkan umat, agar senantiasa sadar dan mulai menghormati Ibu Pertiwi dengan cara melestarikan alam lingkungan beserta isinya. Sejak beberapa tahun yang lalu, Pangempon Pura Agung Pingit Klenting Sari mendapat petunjuk sekaligus tugas untuk memelihara alam secara niskala dengan menggelar salah satunya adalah upacara
Petik Laut, sebuah ritual yang bertujuan untuk menyucikan laut secara niskala, serta memberi persembahan guna memohon keselamatan, kesejateraan, serta memohon maaf atas semua kesalahan manusia telah mengotori tempatnya, kepada Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul sebagai penguasa laut.....
Untuk informasi selengkapnya, silahkan memesan tabloid ini.
Penulis : Andiawan
0 komentar:
Posting Komentar