Selasa, 26 April 2011

Pura Dalem Rangkan, Kuwum, Marga (2-habis), "Bau Cepaka Putih, Cihna Ida Sasuhunan Ledang"


Panyungsung Pura Dalem Rangkan sangat menyakini kemurahan hati (pasuecan) Ida Sasuhunan. Beliau diyakini selalu menyertai masyarakat Kuwum dimanapun berada bahkan lintas pulau. Ini ditandai dengan bau harum (wangi bunga cempaka) yang kadang tercium di sela-sela kesibukan panjak Ida Bhatara bekerja, asalkan bhakti pada Ida Sasuhunan maka Beliau selalu menyertai.




Reporter & Foto : Ida Ayu Made Sadnyari

Pura Dalem Rangkan, Kuwum, Marga

Melihat pura dari jaba sisi, sepintas tidak begitu besar. Namun ketika memasuki jaba tengah barulah kesakralan pura semakin terpancar. Kesuksesan umat pangempon menyelenggarakan karya agung Mamungkah, ngenteg linggih, mapadudusan agung pada (29/12) tahun lalu menambah keyakinan pada kebesaran Ida Sasuhunan. Sejak Tahun 1997, baru saat karya lalu Ida Sasuhunan kembali napak pertiwi. Jangka waktu kurang lebih tiga belas tahun merupakan rentan cukup lama Ida tidak napak pertiwi. Saat karya berlangsung, Ida memberikan pawisik agar dilaksanakan napak pertiwi setahun sekali pada saat pujawali yang jatuh pada Buda Umanis, Wuku Medangsia.
Palinggih demi palinggih tersusun dengan keagungannya masing-masing, melambangkan bhakti umat pada Ida Sasuhunan. Ida memberikan berkah diberbagai bidang, khususnya Ratu Nyoman Sakti Pengadangan yang disungsung diyakini memberi berkah matetambaan. Memang tidak semua orang merasakan berkah ini, hanya mereka yang terpilih diberikan kemampuan menjalankan paica Ida Sasuhunan. Menurut Jro Mangku Made Wita, di Marga terdapat enam (6) balian yang mendapat panugrahan dari Pura Dalem Rangkan.
Menengok ke belakang pada era 1960 kondisi pura belum seperti saat ini. Di jaba sisi dahulu berdiri kokoh pohon cempaka putih yang saat itu jenis tanaman ini sangatlah langka. Umat pangempon mendapati pohon itu sudah ada sejak awal pura ditemukan. Pohon dengan ukuran besar ini sangat rajin berbunga namun umat tidak berani memetiknya jika tidak memohon izin. Pohon cepaka keramat ini selalu menebarkan aroma harum tidak hanya di lingkungan sekitar pura, namun terkadang hingga mengikuti setiap panjak Ida yang berada di luar Bali.
“Panjak Ida dumun seneng melancaran, makarya ring carik, tur maburuh manyi. Yen wenten bau cepaka miyik, asal panjak saking Kuwum yakin Ida Sasuhunan ledang,” ungkap Jro Mangku. Ida Sasuhunan sangat sueca pada panjak Kuwum yang rajin menghaturkan bhakti. Setiap ada kabrebehan, umat nunas ica meskipun tidak langsung datang ke pura, di manapun berada asalkan ingat pada Beliau maka Ida akan ledang memberkati. Bahkan bau cepaka ini dijadikan tanda ketika nunas ica asal mencium bau cepaka diyakini permohonan akan dikabulkan. Tidak hanya panjak Ida yang tinggal di wewidangan Kuwum, namun masyarakat Kuwum yang merantau ke luar daerah juga merasakan pasuecan Ida. Pernah terjadi masyarakat Kuwum merantau ke Sumatera, saat nunas ica dan ngacep Ida Sasuhunan Pura Dalem Rangkan tercium bau cepaka sangat harum, ternyata apa yang dimohonkan memang terkabul. Ini semakin menambah keyakinan umat pada kemurahan hati Beliau.
Zaman semakin berkembang dan penduduk kian padat di sekitar pura mengakibatkan adanya pelebaran jalan oleh pemerintah. Berimbas pada pohon cepaka di jaba sisi harus ditebang. Dengan memohon pada Beliau akhirnya direstui, sehingga tidak ada lagi pohon cepaka yang selalu menjadi ciri khas dari Pura Dalem Rangkan serta kepentingan umat menyediakan sarana jalan bisa terwujud.
Namun demikian hingga kini masih ada pohon-pohon yang dimanfaatkan umat sebagai tamba dan tumbuh di lingkungan pura. “Ring Pura wenten punyan tibah, begarum, kepah, bungli. Krama driki biasa nunas tamba ring pura, sungkan napi je dados anggen boreh utawi loloh,” papar Jro Mangku.

Erat dengan Pura Natar Sari

Pura tidak dapat difungsikan dengan baik tanpa seorang pemangku. Pemilihan pemangku di Pura Dalem Rangkan dilakukan berdasarkan garis keturunan. Sejak awal hingga kini sudah ada empat pemangku yang ngayah dari lima generasi, yang terakhir saat ini adalah Jro Mangku Made Wita. Sebagai pemangku sudah sepatutnya mengetahui sejarah dan hal ikhwal yang terkait dengan pura yang diamong. Hal ini penting selain sebagai dasar keyakinan ngayah juga dapat memberi refrensi kepada umat yang datang menghaturkan bhakti di pura ini sehingga semua memiliki keyakinan besar pada pura sebagai tempat yang disucikan.

Untuk informasi selengkapnya, silahkan memesan tabloid ini.  Terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More