Senin, 25 April 2011

Menata Kondisi Besakih versi MMDP Karangsem

Besakih menjadi ikon tempat suci teragung di dunia ini. Apalagi dijadikan tempat wisata spiritual. Secara fisik, penataannya sudah lebih dari cukup, bahkan terkesan agung. Namun, di balik megahnya secara fisik, akan lebih baik dibarengi dengan penataan secara mentalitas, sehingga kondisi Besakih mencitrakan lebih baik dan nyaman bagi pengunjung atau pamedek.


Pura Besakih

Kondisi Besakih yang menjadi salah satu ikon terbesar dan ODTW andalan Karangasem, tidak saja memerlukan penataan pisik area semata, namun jauh lebih penting menata mentalitas semua pelaku yang terlibat di dalam satu kesatauan sistim di Besakih. Demikian diungkapkan Ketua Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Kabupaten Karangasem I Wayan Arthadipa, SH, MH (11/1) di Amlapura.
Dikatakan, sudah lama keluhan menyangkut sikon pelayanan umat maupun wisatawan yang berkunjung ke lokasi wisata tersohor itu disampaikan, bahkan kritik pedas tak jarang terdengar. Di satu sisi, keagungan Besakih sebagai tempat suci seolah menelan semua itu, karena orang enggan dan sungkan membicarakan sisi kelemahan pura yang dikenal sebagai Ibunya pura ini.
Sebagai umat pengemong kahyangan suci terbesar itu, tidak boleh berdiam diri dan membiarkan semuanya terjadi dan cenderung merusak citra Pura Besakih. Untuk itu semua pihak terutama yang paling berkompeten dalam Tim Penertiban Besakih dan Kepala Wilayah setempat sebagai pengawas langsung, harus berani mengambil prakarsa untuk memulai penataan mental dan moral.
“Masalah perilaku pemandu wisata misalnya, benar- benar diharapkan mampu menyadari keagungan dan kesucian Pura  dengan tidak melanggar  aturan yang sudah dibuat. Melakukan penipuan atau pemerasan terhadap wisatawan adalah tatangan yang mesti diatasi dan dilakukan penyegaran kembali,” ujar Wayan Arthadipa menegaskan.
Bahkan, yang lebih penting lagi,  kata Kepala Bappeda Kabupaten Karangasem ini, adalah kondisi di dalam  pura sendiri, di mana para pelayan umat juga sudah sering dikritisi kalau masih terjadi perilaku kurang etis dan kurang terpuji terkait dengan pungutan sesari banten, serta transparansi pengelolaan keuangan yang masuk ke Besakih dari berbagai sumber, baik dalam rangkaian upacara besar maupun aktivitas ritual rutin.
Kondisi itu sekali lagi tidak bisa dibiarkan, Besakih harus mampu ditata dengan baik, tertib, rapi, dan propfesional. Sebagai pusat penyungsungan jagat, malu manakala masalah intern kekhusukan ritual mesti dinodai dengan perilaku kurang baik terjadi dan terus berlangusung di sana.
Ditambahkan Arthadipa, dalam kaitan itu tidak hanya kabupaten yang harus langsung aktif, namun juga pihak provinsi dan kabupaten lain juga mesti memberi kontribusi, karena keberadaan Besakih sendiri merupakan sentral, sehingga permasalahan yang melingkupinya juga relatif kompleks dan berskala besar.
Kewenangan yang sudah  diberikan kepada tim kecamatan terkait pengawasan dan penertiban Besakih, agar dapat dilaksanakan secara tegas, proaktif, dan aspiratif secara kontinyu. Menjaga keajegan Pura Besakih bukan semata untuk kepentingan Karangasem, melainkan untuk semua umat, bahkan seluruh dunia. Citra Besakih sebagai salah satu ikon  dan magnet daya tarik Bali dipertaruhkan di mata Internasional. 
Jika mengurus penertiban dan keamanan saja  tak mampu, bayangkan bagaimana leluhur dahulu membangun mega parahyangan   terbesar itu. Jika dibandingkan, tidak ada artinya apabila memelihara saja tidak mampu.  Jangan toleransi masyarakat yang nyata-nyata melanggar, menodai, dan membuat hal-hal yang bertentangan dengan agama di Besakih.
Sementara itu, Kordinator Penataan dan Pengawasan Kawasan Suci Besakih  (KPPKSB) Camat Rendang, Drs. I Wayan Ardika,  M.Si, mengatakan, amanat yang diterima melalui payung hukum Keputusan Bupati sudah jelas, tidak lagi mentolerir kendati sedikit pun oknum siapapun yang melakukan tindakan tak terpuji dan menodai citra kawasan suci Besakih. Selaku Kordinator Tim, demikian Camat asal Desa Pesedahan, Manggis itu, pihaknya juga sudah wanti-wanti kepada semua petugas pemandu wisata khusus di Besakih, pedagang, petugas parkir, serta masyarakat di Besakih agar tidak coba-coba untuk melanggar hal-hal yang sudah ditegaskan dalam aturan. Jika memang terbukti ada dan diketahui, pihaknya tidak segan-segan memberi sanksi dan tindakan tegas   dengan melakukan pemecatan langsung tanpa kompromi. 

Citra Buruk Segelintir Orang

Ia mengaku sudah malu dengan kondisi Besakih yang sebelumnya banyak disoroti pihak lain baik pengunjung, wisatawan, dan masyarakat lainnya, karena ulah segelintir orang yang tidak bertanggungjawab. Menyangkut upaya penataan di dalam pura terutama pelayanan kepada umat dan transparansi keuangan yang masuk ke Besakih, Ardika berharap, ada dukungan dari kaum muda intelektual di Besakih untuk melakukan pembenahan ke dalam secara menyeluruh. Sehingga, kondisi  yang ada sekarang bisa direhabilitasi. Tanpa memperbaiki sikap mental semua pelaku yang terkait di Besakih nonsen keadaan bisa berubah.  
Pasca penertiban dan pengawasan yang telah berjalan selama ini lanjut Ardika,  kedatangan wisatawan  sudah relatif meningkat dibanding sebelumnya yang sangat merosot. Hal ini tak lepas dari kondisi kenyamanan Besakih yang berhasil diciptakan sejalan komitmen Pemerintah Kabupaten Karangasem. Mengenai sarana di bidang kebersihan, sudah ada 2 truk pengangkut sampah ke TPA Palak,  1 mobil tangki air, 1 truk amrol dengan 6 kontainer.
Sementara untuk mendukung petugas, selain  pengelolaan oleh persatuan guide khusus, petugas juga memperoleh penyisihan dari tiket masuk yang besarnya Rp. 10.000 untuk wisatawan mancanegara dan Rp. 8.000 untuk domestik. Di bidang keamanan, petugas juga sudah melakukan ronda, sehingga aksi-aksi oknum yang tidak bertanggungjawab dapat ditekan. Untuk melengkapi dukungan petugas, pihak kecamatan selaku SKPD sudah mengusulkan anggaran melalui APBD yang digunakan untuk keperluan operasional di bidang persampahan. 
*** Andi

1 komentar:

Kemarin tanggal 17 okt 2013 saya mengunjungi pura besakih bersama keluarga, apakah anda tahu bahwa saya dan keluarga meninggalkan pura dgn hati terluka, tidak lain karena pemerasan dan sikap kasar oknum2 di sana, saya dan keluarga berjanji tidak akan pernah ke sna lagi dan tidak merekomendasikan tempat tsb untuk dikunjungi, kecuali ada tindakan pebaikan nyata. Dan ternyata saya terkejut mendapati banyak sekali wisatawan yg mengalami nasib spt saya, sungguh sayang dan saya malu sbg warga indonesia

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More