Selasa, 26 April 2011

Aji Kamoksan Wrhaspati Tattwa (32) Samadhi Yoga (11), "Petapan Beduda"


“Beduda” adalah kumbang yang biasa hidup di dalam gundukan kotoran sapi atau kerbau. Setelah hidup sekian lama di dalam kotoran, Beduda akan terbang mengembara ke sana ke mari. Betapapun tinggi terbangnya, betapapun jauh jarak yang ditempuhnya, akhirnya dia akan turun ke tanah dan kembali masuk ke dalam kotoran sapi. Inilah yang disebut penulis sebagai “Petapan Beduda” atau “Petapan Kumbang Tahi”.


Hal paling umum yang menjatuhkan seseorang penyembuh (dukun atau balian) adalah nafsu seksual. Kemampuannya menyembuhkan penyakit menyebabkan banyak orang minta pertolongannya. Kemampuan pengobatannya  suatu ketika akan mendatangkan madu kenikmatan. Madu itu datang berwujud sebagai seorang pasien wanita yang muda, cantik, dan seksi. Seorang penyembuh tidak boleh merasa tertarik  kepada kecantikan tubuh seorang pasien. Dia hanya boleh tertarik terhadap penyakit pasien tersebut.
Bila dia tergoda dengan kecantikan tubuh pasien, dia bisa saja mengatakan bahwa untuk menyembuhkan penyakit obatnya harus dimasukkan melalui persetubuhan. Karena keinginan si-pasien untuk sembuh begitu besar, ditambah dengan kepercayaannya kepada sang penyembuh begitu tebal, maka si-pasien akan menyetujui proses pengobatan nyeleneh tersebut, sehingga terjadilah hubungan badan.
Kalau hal di atas terjadi satu atau dua kali saja, masih ada kata maaf bagi sang penyembuh.
Artinya, kalau dia cepat sadar dan bertobat, dia tidak akan mengalami kejatuhan yang fatal. Umumnya, setelah sukses melakukan satu atau dua kali pelanggaran seksual sang penyembuh akan mengalami musibah. Mungkin dia atau anak dan istrinya mengalami tabrakan ringan. Mungkin menderita sakit yang lumayan berat.
Mungkin bisnisnya mendapat masalah. Kalau sang penyembuh cepat sadar, bahwa musibah itu adalah sebuah peringatan “Niskala” atas kelakuan buruknya dan dia sadar dan bertobat serta bertekad memperbaiki  diri, maka  nasibnya masih bisa tertolong. Mungkin mereka mengalami kemunduran atau kesialan beberapa lama. Tetapi dengan usaha yang keras untuk memperbaiki diri, menyucikan kembali spiritualnya, maka dia akan bisa bangkit kembali.
Tetapi, kalau sang penyembuh tidak peka terhadap kejadian-kejadian yang dialaminya, tidak peka terhadap peringatan “Niskala” yang diterimanya, maka dia akan terus melakukan perbuatan dosa, melakukan pelecehan seksual terhadap pasien wanitanya. Dia merasa perbuatannya itu tidak berdampak buruk terhadap dirinya. Kalau demikian keadaannya, suatu saat ketika dosa-dosanya sudah menumpuk, maka kehancuran akan datang. Bisa saja dia dilaporkan ke polisi dan dipenjara dengan tuduhan  mencabuli pasien. Atau mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kelumpuhan total atau bahkan kematian. Bisa juga usahanya bangkrut dan dia menjadi melarat.

Untuk informasi selengkapnya, silahkan memesan tabloid ini.  Terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More