Selasa, 26 April 2011

Suasana Tegang Upacara Penguburan Rai Muliawan di Setra Dharmasanmata


Sampai kapan prahara adat ini berlangsung di Gianyar dan daerah sekitarnya? Semua pihak sejatinya sangat menyayangkan kisruh ini. Lebih-lebih pejabat di Pemkab. Gianyar, sudah sangat sering disuguhi masalah kasus bernuansa adat yang sejatinya tidak sepenuhnya kasus adat. Begitu juga penguburan Rai Muliana ternyata salah satu bagian dari fenomena kasus adat yang menjadi bagian dari pencitraan desa pakraman yang identik dengan masalah di dalamnya (adat).


Reporter & Foto : Putu Patra


Masalah penguburan  dan proses ritualnya menunai masalah yang sepatutnya tidak bermasalah. Begitulah ketegangan yang terjadi di Desa Pakraman Dharmasanmata.  Kematian I Ketut Rai Muliana (33) seorang PNS di Dinas Peternakan dan Perikanan Pemkab. Gianyar kurang mulus. Pasalnya, upacara penguburannya dimasalahkan oleh desa pakraman tetangganya yaitu Getas Kawan. Karuan saja, upacara yang sepatutnya digelar Minggu 16 Januari 2011 molor menjadi hari Kamis 20 Januari 2011. Itupun dijaga ketat ratusan aparat keamanan yang melibatkan aparat TNI, Polri dan Sat. Pol. PP. Pemkab. Gianyar.
Ini bisa berjalan karena disikapi tegas Bupati Gianyar Cok Ace yang tidak ingin terjadi masalah dalam upacara penguburan di Dharmasanmata, Buruan, Blahbatuh, Gianyar.
Akhirnya, upacara berjalan lancar dan sukses. Upacara yang sedianya pukul 14.00 Wita, ternyata bisa berjalan lebih awal, bahkan pukul 14. 00 Wita penguburan sudah hampir rampung. Karena dijaga ketat dari berbagai sisi, baik di jalan, di setra, bahkan diintai dari semak-semak, akhirnya krama Gatas Kawan tidak ada berani macam-macam, apalagi menghadang.
Mereka mengalah, demi keamanannya. Karena, pihak aparat sudah memberikan peringatan sangat keras, barang siapa yang berani mengganggu prosesi upacara ini, atas nama undang-undang akan diambil tindakan tegas. Karuan saja, krama Getas Kawan hanya bisa bertahan di balai banjarnya. Perlu diketahui, krama Getas Kawan telah melakukan pemblokiran jalan menuju setra guna menggagalkan prosesi penguburan jazad Rai Muliana. Terlihat, jalan menuju setra ditumpuk dengan batu yang cukup besar, sehingga menyulitkan untuk melakukan perjalanan. Jarak setra dengan rumah duka tidaklah jauh, kurang lebih hanya 200 meter. Tapi, krama Getas Kawan menghadangnya dengan batu di tengah jalan setra, begitu juga di bagian pintu masuk setra dipagari dengan bambu dan punyan kayu. Bahkan di tengah setra, krama menebang bambu-bambu dengan tujuan, agar prosesi tidak bisa dilakukan.
Melihat kondisi cara penghadangan, rupanya warga Getas Kawan ingin bagaimana caranya agar penguburan dari warga Dharmasanmata tidak bisa dilakukan sebelum bersatu bersama Getas Kawan.  Akibat ulah krama Getas Kawan, pihak keamanan minta dengan hormat, kalau batu-batu itu tidak dpindahkan warga yang melakukan, akan dipindah oleh aparat. Karena sudah minta tolong, toh pihak warga bergeming, tidak mau memindahkan hasil perbuatannya.
Dengan kondisi itu, akhirnya pihak keamanan, yaitu Sap. Pol. PP Pemkab. Gianyarlah yang bekerja keras. Sampai batu dipindahkan agar tidak menghalangi jalannya prosesi. Begitu juga, pagar, bambu yang ditebang juga dibersihkan dengan sensor. Pembuatan lubang juga dengan pengawalan cukup ketat, petugas membawa senjata laras panjang, dari berbagai sisi. Ada yang berjaga  di tengah semak-semak, dan di sisi utara. Praktis penjagaan dilakukan secara terbuka dan tertutup. Syukurnya, semua persiapan yang serba mendadak itu berhasil dengan aman. 

Untuk informasi selengkapnya, silahkan memesan tabloid ini.  Terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More