Selasa, 26 April 2011

Ida Rsi Agung Oka Dwija (3-habis), "Penghargaan Bidang Seni"


Seni ukir yang dipelajari secara otodidak ternyata membawa manfaat serta pengaruh besar bagi perkembangan ukiran Belayu hingga kini. Ida Rsi Agung Oka Dwija senantiasa bijak menggunakan kesempatan untuk terus berkarya dan mengembangkan dunia seni. Seperti pengalaman ketika memasarkan hasil ukiran, Ida mendapat kesempatan lain untuk mengembangkan sendratari.




Reporter & Foto : Ida Ayu Made Sadnyari


Sasaran dalam memasarkan hasil ukiran adalah Bali Hotel, dari sini Ida mendapatkan peluang baru berkarya di dunia seni. “Masuk ke Bali Hotel, tiang tertarik dengan sendratari kemudian membuat drama di desa dan langsung membawa sendratari serta legong. Sejalan dengan kesenian baru yang dipasarkan, seni ukir tetap jalan,” papar Ida Rsi santai.
Seni telah mendarah daging dengan pribadi Ida Rsi Agung Oka Dwija yang selalu penuh semangat dan bertanggungjawab dalam menjalani setiap pekerjaan. Ida kerap melibatkan orang-orang di sekitar sehingga memberi manfaat bagi orang banyak. Meski telah disibukkan dengan banyak kegiatan khususnya bidang seni, namun setiap ada kesempatan baru untuk berkarya, tak pernah ditepis namun dimanfaatkan dan dikelola dengan baik sehingga bisa berdaya guna.
Banyak hal yang bisa dikerjakan di dalam kehidupan ini asal memiliki kemauan serta tanggung jawab dalam menjalaninya. Seperti pengalaman Ida Rsi, dalam memasarkan ukiran di hotel. Ida tidak hanya mendapat peluang baru mengembangkan sendratari namun Ida juga melirik usaha baru sebagai pemborong bangunan.
“Saat itu hotel Bali Soul sedang membangun, tiang tertarik untuk mengambil borongan. Selanjutnya berkembang dengan mengambil borongan pura dan rumah-rumah, serta pratima-pratima banyak yang sudah tiang kerjakan, baik di Belayu dan di daerah lain, kurang lebih sudah ratusan pura tiang yang mengerjakan pratimanya,“ kenang Ida Rsi.
Dari memborong ini,  Ida Rsi semakin giat mengembangkan seni ukir di Belayu. Saat itu tidak ada yang senang ukiran, namun Ida Rsi tetap jengah mengembangkan seni ukir di Belayu. Lambat laun masyarakat semakin tertarik, dan hingga kini bisa disaksikan seni ukir menjadi mata pencaharian pokok sebagian besar masyarakat Belayu.
Atas usaha serta ketulusan Ida Rsi dalam menularkan seni ukir pada masyarakat, memberi pengaruh besar menghidupkan kesenian ini, Ida mendapat penghargaan dari Gubernur Ida Bagus Oka saat itu.
Dalam dunia tarian, Ida beralih ke topeng. Dalam setiap kesempatan, aktif mengikuti acara-acara lomba tari. Atas bimbingan Suandi, Ida mengikuti lomba topeng Panca meraih juara I. Inovasi dalam dunia seni tak ada habisnya digarap oleh Ida Rsi. Tahun 1980, kembali Ida menggagas sebuah karya sendratari bertajuk Gatut Kaca Swargan di Batannyuh. Rupanya apa yang keluar dari hasil pemikiran maupun gerak tubuh beliau selalu mendapat sambutan yang baik. Sendratari ini berjalan hingga sepuluh tahun.
Bertambahnya usaha yang dikerjakan bukan berarti menelantarkan usaha yang telah lebih dahulu dirintis. Semua kegiatan dilaksanakan dengan penuh suka cita. Kerjasama dengan hotel, ngukir, bertani dan menari semuanya tetap berjalan. Kegiatan yang sangat padat namun Ida selalu ingin mencoba hal-hal baru dengan tujuan mengembangkan kesenian.
Ida pun beralih mempelajari wayang. Menjadi dalang memang tidak mudah, bukan hanya permainan tangan yang diperlukan namun pemahaman sastra dalam menceritakan sebuah wayang. Semua dilakukan bertahap. Karena belum memiliki wayang, satu persatu Ida membeli kulit, dengan keahlian ngukir yang dimiliki kemudian memahat kulit menjadi lakon-lakon dalam wayang.
Sami medasar jengah, makita ngewayang, ngae wayang kalih, anggen siki, adol siki. Terus seperti nika, akhirnya madue wayang satu gedog,” papar Ida Rsi didampingi Ida Rsi Istri.
Setelah memiliki wayang, Ida mulai tampil dalam setiap undangan ngawayang pada malam hari, hal ini dilakukan selama enam tahun.

Tak Ada Batas Usia Malajah

Semakin banyak kegiatan yang dilakukan semakin susah dalam manajemen waktu. Kesulitan mulai dirasakan ketika Ida sering mendapat tawaran ngawayang dan menari topeng waktunya bersamaan. Agar semua bisa berjalan, Ida memutuskan hanya ngawayang lemah untuk yadnya. Tanpa mengabaikan ukiran yang sudah berkembang serta membina masyarkat yang mau belajar ngukir.

Untuk informasi selengkapnya, silahkan memesan tabloid ini.  Terima kasih.


Parindikan Sulinggih :
Bhiseka                       : Ida Rsi Agung Oka Dwija
Lahir                          : Tahun 1950
Alamat                        : Griya Alit Kaleran Belayu, Umadiwang, Batannyuh, Marga, Tabanan
Nama Walaka            : I Gusti Ketut Putera
Istri                             : Ni Gusti Ayu Swarti
Bhiseka                       : Ida Rsi Istri Agung Rai Pradnya
Kelahiran                   : Tahun 1955
Madiksa                     : Tilem, 13 Februari 2008
Guru Nabe                 : Ida Pedanda Gede Putra Keniten

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More