Selasa, 26 April 2011

Menyingkap Keunikan Pura Pucak Sakti Bukih, Kintamani


Nuansa mistis Pura Pucak Sakti Bukih yang ada di Kintamani menjadi tambah mistis dengan tidak adanya panyengker langsung. Yang ada hanyalah hamparan pohon-pohon hutan dan bojog (kera-red) berwarna coklat dengan ciri khas majambul. Yang dipercara sebagai bura-buri oleh krama setempat. Bagaimanakah keunikannya? Berikut ulasan singkatnya!!!


Berbagai keunikan tradisi budaya di Bali tak pernah habis untuk dikupas. Salah satunya dapat dijumpai di Dusun Bukih, Desa Belancan, Kintamani, Bangli. Di dalam wilayah yang dikelilingi hutan lindung dan berpenduduk sebanyak 104 KK ini, dapat dijumpai kesakralan sebuah pura yang tepat berada di areal hutan lindung. Pura tersebut bernama, Pura Pucak Sakti.
Yang menarik dari keberadaan pura ini, selain keberadaannya di dalam kawasan hutan seluas 4 hektar. Lebih menarik lagi, pura ini tidak ada penyengkernya. Keberadaan pura ini, menyatu dengan kawasan hutan yang ditumbuhi berbagai jenis pohon yang telah berusia ratusan tahun. Sepintas kawasan ini, menyerupai obyek wisata Sangeh dan Alas Kedaton maupun Monkey Forest. Sebab, di dalamnya juga terdapat ratusan kera yang jinak. Lebih unik lagi, kera-kera yang menghuni kawasan ini adalah kera jambul.
Menurut Paduluan Adat Bukih, keberadaan Pura Pucak Sakti telah ada sejak dulu. “Keberadaan Pura Pucak Sakti yang tanpa panyengker, menggambarkan sebuah hubungan keharmonisan alam niskala dan sekala,” ungkapnya. Sementara itu, keberadaan ratusan kera yang oleh warga setempat lebih dikenal dengan nama Bura-buri ini, juga telah ada sejak lama. “Uniknya, kera yang ada di sini berwarna abu keputih-putihan dan memiliki jambul di kepalanya,” ungkap salah satu Paduluan Adat Bukih, Jro Bawu Nurbawa didampingi Bendesa Adat Bukih Nengah Dadi saat mengantar rombongan Bagian Pengembangan Potensi Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bangli didampingi Kasubag Nengah Karya Atmaja dari Humas dan Protokol serta awak media mengelilingi kawasan tersebut.
Pada bagian pintu masuk areal ini, sejatinya telah terdapat loket karcis. Hanya saja, kondisinya sangat memprihatinkan lantaran sudah mulai lapuk dan rusak. Selain itu, terdapat sejumlah palinggih di depan pintu masuk. Sementara Pura Pucak Sakti, berada tepat di tengah-tengah hutan. Keunikan yang lain, di empat penjuru mata angin dari Pura Pucak Sakti, tersebar lagi sejumlah palinggih. Seperti, Pura Madya, Pura Taman Dulu dan Pura Taman Sari serta Gedong Sri yang berada di sebelah barat. Di mana, piodalan di Pura Pucak Sakti berlangsung setiap Purnama sasih Karo, setahun sekali. “Biasanya kalau odalan, semua kera-kera ini akan turun ke areal pura,” jelas Jro Nurbawa.
Disebutkan, kelompok kera ini hanya diam di areal Pura setempat. Padahal, di bagian selatan Dusun Bukih juga terdapat areal hutan yang jauh lebih luas mencapai 18 hektar. “Sejak turun temurun, hanya di areal Pura Pucak Sakti ini saja kelompok Bura-buri ini tinggal,” tegasnya. Lebih menarik lagi, konon sesuai keyakinan warga setemat, di areal hutan ini juga dihuni seekor kera putih. Namun keberadaan jarang dilihat. “Sesuai kepercayaan, di sini juga ada kera putih. Kera putih ini, bertugas menyembuhkan kera yang lain bila sakit atau terluka,” tegasnya.  Disebutkan, kera-kera dilokasi terdiri dari dua kelompok. Kelompok utara dan kelompok selatan. Di mana dalam satu kelompok kera dipimpin seekor kera yang paling besar.  Warga sama sekali tidak berani menganggu apalagi mengusik kera-kera ini. Sebab, diyakini keberadaan kera ini merupakan duwe Pura Pucak Sakti.


Untuk informasi selengkapnya, silahkan memesan tabloid ini.  Terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More