Selasa, 26 April 2011

Keris Bali Bersejarah (5), "Keris Ki Walung Singkal"


Keris bersejarah dari Desa Taro, Tegalalang, Gianyar tersebut oleh ahli warisnya Made Sudana dan Made Pada, atas kesepakatan keluarga pewaris Keris Ki Walung Singkal, pada 7 Agustus 2008 dimaskawinkan kepada Pande Wayan Suteja Neka untuk dikoleksi/dilestarikan di ruang keris Neka Art Museum. Keris tersebut menjadi salah satu bagian koleksi dengan latar belakang sejarah yang sangat penting bagi masyarakat Bali.


Penulis : Pande Wayan Suteja Neka


Dalam buku Sejarah Bali tulisan Nyoka, halaman 1-2, dijelaskan Kerajaan Bedahulu (1324-1343 M), pada masa Dalem Bedahulu berkuasa, rakyatnya sangat tunduk terhadap sang raja yang sakti dan bijaksana dalam memerintah. Dalam menjalankan pemerintahannya Raja Bedahulu mempunyai beberapa pegawai tinggi antara lain : Ki Pasung Grigis, mahapatih yang berkedudukan di Tengkulak, Ki Kebo Iwa atau Kebo Taruna, patih muda yang berkedudukan di Blahbatuh, serta 2 (dua) orang Temenggung dan 7 orang mentri tersebut adalah Ki Walung Singkal yang berkedudukan di Taro.
Ketika mendapat jiwa bisikan, Raja Majapahit, sebagai penjelmaan  Sri Sakti Bhatara Wisnu, sedang memegang kejayaan dan tidak dapat ditentang, maka Dalem Bedahulu memilih pergi ke pertapaan untuk melanjutkan cita-citanya supaya dapat lepas dari ”samsara” dan sampai pada ” moksa”. Setelah raja pergi, kekuasaan diserahkan kepada Ki Pasung Grigis sedangkan Patih Muda Ki Kebo Iwa dibawa ke Majapahit dan akhirnya tewas  dibunuh karena tipu muslihat Patih Gajah Mada  di Majapahit.
Dikarenakan kekuatan di Bali telah melemah akibat kepergian raja dan meninggalnya Patih Muda Kebo Iwa, maka pada hari Sabtu Kliwon Krulut tanggal 2 tahun 1343 M, berangkatlah pasukan Majapahit dari Bubat menyerang Bali. Pasukan ini dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada disertai oleh Arya Damar, Arya Kenceng, Arya Bleteng, Arya Sentong, Arya Blog, Arya Kutawaringin, Arya Kanuruhan dan Mpu Withadharma.
Walaupun dengan perlawanan sengit, akhirnya pertempuran di Bali Aga dimenangkan oleh Mahapatih Gajah Mada dan para prajuritnya. Banyak menteri dan panglima perang gugur dan Ki Pasung Grigis ditangkap dan dipenjara di Tengkulak. Bali Aga dianggap telah takluk sepenuhnya pada Majapahit pada tahun 1343 M.
Pada tahun 1347 M, Dalem Bali Aga yang bernama Makambika, putra Tokawa dan cucu Dalem Bedahulu, dibantu Mantri Walung Singkal dari Taro dan Si Kala Gemet melakukan pembrontakan. Pemberontakan yang sangat sengit tersebut akhirnya dapat pula dipadamkan oleh Arya Damar walau dengan kerugian dan korban jiwa prajurit Majapahit yang sangat besar.
Keberanian dan sikap ksatria yang ditunjukkan para leluhur masyarakat Bali Aga atas kegigihan dan perjuangannya menghadapi invansi Majapahit senantiasa menjadi suri tauladan dan sikap yang senantiasa dihormati masyarakat Bali Aga yang masih bertahan di Desa Taro, Tegalalang, Gianyar, Bali hingga saat ini.
Menurut penuturan ahli warisnya, Keris Ki Walung Singkal merupakan keris pusaka turun-temurun untuk penghormatan kepada Ki Mantri Walung Singkal dari Kerajaan Bedahulu Bali atas jasa dan keberaniannya  menghadapi Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit.
Keris bersejarah dari Desa Taro, Tegalalang, Gianyar tersebut oleh ahli warisnya Made Sudana dan Made Pada, atas kesepakatan keluarga pewaris Keris Ki Walung Singkal, pada 7 Agustus 2008 dimaskawinkan kepada Pande Wayan Suteja Neka untuk dikoleksi/dilestarikan di ruang keris Neka Art Museum. Keris tersebut menjadi salah satu bagian koleksi dengan latar belakang sejarah yang sangat penting bagi masyarakat Bali. 

Untuk informasi selengkapnya, silahkan memesan tabloid ini.  Terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More